�BPPT sebagai badan pengkajian dan penerapan teknologi berupaya memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi di masyarakat melalui inovasi teknologi tepat guna bagi masyarakat,� kata Asisten Deputi Iptek Masyarakat Kementerian Ristek, Sadiyatmo.
Sadiyatmo bicara tentang kompor jelantah di sela-sela sosialisasi dan Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dengan BPPT Penandatangan PKS (Perjanjian Kerjasama) antara PT SE dengan Kadin Lingkungan Hidup Kota Bekasi dan Ketua KOPTI-UMKM (Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia) yang dilanjutkan dengan serah terima Kompor tekan Multifuel kepada perwakilan para pengguna yang diwakili oleh KOPTI-UKM di Bekasi.
Penggunaan minyak jelantah sebagai bahan bakar adalah sebuah solusi alternatif yang berdampak positif. Jika minyak jelantah dibuang begitu saja, maka dapat menimbulkan polusi atau mengotori lingkungan.
Sedangkan bila digunakan terus menerus akan menimbulkan penyakit akibat kandungan yang tinggi dari senyawa polimer.
Kementerian Riset dan Teknologi memfasilitasi sosialiasasinya dengan memberikan insentif kepada perekayasa BPPT yang merupakan salah satu penerima program Peningkatan Kemampuan Peneliti Perekayasa (PKPP).
Semua itu merupakan masa inkubasi karena pengembangan kompor ini masih terus diujicobakan.
�Produk massal kompor ini merupakan tahapan berikutnya yaitu tahapan komersialisasi�, kata Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek, Idwan Suhardi dalam Sosialisasi Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar Jelantah. Kompor ini merupakan prototipe yang dihasilkan BPPT.
Kompor Tekan Multifuel memilki keunggulan teknis (teknologi), ekonomi, sehat, lebih praktis digunakan, suhu nyala api cukup tinggi (diatas 12000 C) dan dapat digunakan untuk bermacam-macam minyak nabati (seperti CPO/minyak kelapa sawit, minyak jarak dan lain-lain) tanpa perlu modifikasi tambahan.
Secara ekonomi pengembangan kompor tekan mulfifuel minyak jelantah ini dapat memiliki manfaat alternatif sebagai bahan bakar yang memilki nilai ekonomis karena dapat mengehemat bahan bakar secara signifikan dengan harga yang cukup murah.
Keunggulan lainnya, kompor tekan multifuel didesain sederhana agar harganya terjangkau oleh masyarakat. Dari segi kesehatan, dengan adanya kompor tekan multifuel ini pola prilaku masyakarat dalam hal ini para penjual gorengan juga dapat berubah yang tadinya memakai minyak goreng dalam memasak secara berulang kali sehingga menurunkan kualitas dan hiegenis makanan, saat ini dengan menggunakan kompor tekan multifuel memiliki alternatif yang jauh lebih sehat.
Potensi ketersediaan minyak jelantah pun cukup besar jika dapat dilakukan kerjasama dengan industri makanan dan rumah makan cepat saji untuk memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan bakar.
Sedangkan bila digunakan terus menerus akan menimbulkan penyakit akibat kandungan yang tinggi dari senyawa polimer.
Kementerian Riset dan Teknologi memfasilitasi sosialiasasinya dengan memberikan insentif kepada perekayasa BPPT yang merupakan salah satu penerima program Peningkatan Kemampuan Peneliti Perekayasa (PKPP).
Semua itu merupakan masa inkubasi karena pengembangan kompor ini masih terus diujicobakan.
�Produk massal kompor ini merupakan tahapan berikutnya yaitu tahapan komersialisasi�, kata Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek, Idwan Suhardi dalam Sosialisasi Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar Jelantah. Kompor ini merupakan prototipe yang dihasilkan BPPT.
Kompor Tekan Multifuel memilki keunggulan teknis (teknologi), ekonomi, sehat, lebih praktis digunakan, suhu nyala api cukup tinggi (diatas 12000 C) dan dapat digunakan untuk bermacam-macam minyak nabati (seperti CPO/minyak kelapa sawit, minyak jarak dan lain-lain) tanpa perlu modifikasi tambahan.
Secara ekonomi pengembangan kompor tekan mulfifuel minyak jelantah ini dapat memiliki manfaat alternatif sebagai bahan bakar yang memilki nilai ekonomis karena dapat mengehemat bahan bakar secara signifikan dengan harga yang cukup murah.
Keunggulan lainnya, kompor tekan multifuel didesain sederhana agar harganya terjangkau oleh masyarakat. Dari segi kesehatan, dengan adanya kompor tekan multifuel ini pola prilaku masyakarat dalam hal ini para penjual gorengan juga dapat berubah yang tadinya memakai minyak goreng dalam memasak secara berulang kali sehingga menurunkan kualitas dan hiegenis makanan, saat ini dengan menggunakan kompor tekan multifuel memiliki alternatif yang jauh lebih sehat.
Potensi ketersediaan minyak jelantah pun cukup besar jika dapat dilakukan kerjasama dengan industri makanan dan rumah makan cepat saji untuk memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan bakar.