Peristiwa ini diawali dengan laporan dari tewasnya tiga orang dalam satu keluarga di satu apartemen di Saitama, sebelah utara Tokyo. Mayat mereka ditemukan dua bulan setelah kematiannya.
Penyebab kematian pun tragis, mereka meninggal karena kelaparan di apartemen tempat tinggalnya sendiri. Satu orang korban tewas diketahui pasangan suami-istri berusia sekira 60 tahun dan seorang putranya yang berusia 30 tahun.
Penemuan mayat satu keluarga ini pun dilaporkan oleh pemilik apartemen yang tidak bisa menghubungi mereka. Ketika polisi memasuki apartemen, mayat korban tampak sudah membusuk dan posisinya berada di atas kasur lantai yang biasa digunakan warga Jepang.
Kasus tewas rakyat Jepang akibat kelaparan ini menimbulkan pertanyaan terhadap pemerintah, atas meningkatnya jumlah warga miskin dan warga yang tidak memiliki pekerjaan di negara yang perekonomiannya terbesar ketiga dunia.
Korban sepertinya tidak mendapat perhatian lebih dari pemerintah, karena status mereka sebagai warga miskin. Keluarga malang itu diketahui tidak bisa membayar uang sewa apartemen dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Memang, penyebab kematian masih belum diketahui. Tetapi pihak berwenang meyakini bahwa mereka meninggal kelaparan atau bahkan melakukan bunuh diri.
Keluarga itu ternyata tidak termasuk dalam daftar keluarga miskin yang memerlukan bantuan pemerintah. Bahkan para tetangga tidak sadar bahwa apartemen itu ditempati.
Beberapa pihak beranggapan keluarga ini merasa malu bahwa mereka memang membutuhkan bantuan keuangan. Saat didekati oleh pihak pengelola apartemen, istri dari korban tewas sempat mengaku bahwa anaknya saat ini tengah bekerja dan suaminya tidak bisa bekerja karena sakit keras.
"Ada warga yang menolak bantuan atau bahkan menghubungi pemerintah setempat untuk meminta bantuan. Sementara beberapa dari warga ada pula yang merasa terisolasi dari lingkungan mereka sendiri, karena kondisi ekonomi mereka," ucap pengacara Jepang Takehiro Yoshida seperti dikutip Asahi Shimbun, Jumat (24/2/2012).
Ahli di Jepang menyuarakan ketidakpercayaan mereka bahwa pemerintah tidak mengetahui kondisi ini. Pemerintah seharusnya sudah menyadari ada yang salah, ketika keluarga ini tidak bisa membayar uang sewa selama enam bulan.
Keluarga ini juga tidak lagi mendapatkan aliran listrik dan gas. Mereka juga diketahui tidak mendapatkan uang jaminan sosial sejak 2003 silam, dua tahun setelah mereka pindah ke apartemen itu